AMBON , Lintas-Berita ,- Desa Niniari, Kecamatan Seram Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat, jadi salah satu wilayah yang masih terisolasi di Maluku. Akses pendidikan, kesehatan, jalan, jembatan, hingga transportasi masih sulit. Layanan listrik hingga internet pun belum masuk ke desa tersebut.
Perjalanan menuju Desa Niniari, Kecamatan Seram Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat, salah satu wilayah yang masih terisolasi di Maluku
bersama rombongan Korem 151 Binaya mendatangi desa terpencil itu, Sabtu (9/10) lalu. Perjalanan diawali dengan menaiki perahu dari Pelabuhan Liang, Kabaputen Maluku Tengah menuju Pelabuhan Waipirit, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Waktu tempuh sekitar satu jam lebih.
Setelah tiba di Pelabuhan Waipirit, perjalanan berlanjut ke Desa Riring, Kecamatan Seram Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat, melalui jalur darat dengan kondisi jalan rusak dan berlubang melewati hutan belantara sejauh 24 kilometer. Dari sana, rombongan berjalan kaki sekitar dua jam untuk sampai ke Desa Niniari.
“Kalau warga hanya satu jam lebih, kalau orang baru bisa dua sampai tiga jam,” kata Oman Warga Riring, Sabtu (9/10).
Wajah Pedalaman Maluku, Warga Tak Kenal Gubernur Murad Ismail
Rombongan dari Korem 151 Binaya ini hendak meresmikan pembangunan ‘Rumah Belajar’ di Desa Niniari. Bangunannya sederhana, terbuat dari batang bambu, beratap sagu, dan berlantai anyaman bambu.
Para bintara pembina desa (Babinsa) membawa ratusan alat tulis seperti buku, pensil, dan penghapus. Peralatan ini akan diserahkan untuk anak-anak di desa terpencil tersebut.
Selama perjalanan rombongan sempat diterjang hujan deras, kabut tebal, dan jalanan berlumpur akibat guyuran hujan.
Danrem 151/Binaya Brigadir Jenderal TNI Arnold Aristoteles Paplapna Ritiauw mengatakan Rumah Belajar didirikan sebagai bentuk kepedulian TNI untuk mencerdaskan anak-anak di pedalaman Maluku.
“Jadi kita sudah membangun sekitar 40 walang belajar di seluruh Maluku yang ada di tiap Koramil,” ujarnya.
Arnold menyebut Walang Belajar akan menjadi wadah bagi anak-anak di pedalaman. Mereka terkendala untuk belajar selama pandemi Covid-19 yang menerapkan pembelajaran jarak jauh.
Rumah belajar ini, kata Arnold, bisa juga dimanfaatkan untuk kepentingan sekolah minggu bagi siswa kristen dan taman pengajian alquran (TPA) untuk siswa muslim.
“Jadi selain bantuan buku tulis ada juga bantuan satu unit televisi, televisi ini akan membantu anak-anak kita belajar bahasa Inggris dan matematika, materinya sudah dirancang dan akan diajarkan Babinsa,” kata Arnold.
“Tolong dimanfaatkan dengan baik semoga anak-anak Niniari bisa tumbuh cerdas,” ujarnya menambahkan.(LB-04)